Berkah Sedekah Antarkan Zainudin Wujudkan Mimpi
Zainudin lakukan riyadhoh termasuk sedekah untuk wujudkan mimpi.
Suatu hari di bulan Juli 2020, Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Ketapang, Tangerang kedatangan tamu tak diundang. Saat itu, kondisi pesantren masih sepi karena para santri belum kembali sejak dipulangkan karena pandemi. Ia melongok-longok gerbang. Kemudian petugas keamanan pesantren pun menghampiri.
"Cari siapa pak?" kata petugas keamanan. Ia menjawab dengan percaya diri, "Saya cari Ustadz Yusuf Mansur." Pihak keamanan kembali menanyakan apakah dirinya sudah membuat janji atau belum. "Belum, saya datang langsung dari Palembang mau ketemu Ustadz," katanya.
Akhirnya ia ditemui salah satu asatidz yang tengah bertugas. Ia akhirnya diketahui bernama Zainudin, seorang petani karet asal Sumatera Selatan. Kepada asatidz ini, ia menuturkan tekadnya menempuh perjalanan dari Palembang ke Tangerang demi bertemu orang yang dianggapnya selalu mengingatkan dirinya kepada Allah SWT.
"Saya mengenal Ustadz Yusuf Mansur dari tausyiah-tausyiahnya dan dari riyadhoh-riyadhoh yang diajarkannya. Sehingga saya kemudian melakukan riyadhoh sambil berdoa, 'Ya Allah, pertemukan kami kepada hamba-Mu yang telah mengantarkan Engkau kepada kami'," katanya.
Ia mengisahkan, sebelum dirinya menjadi petani karet dan memiliki sebuah pesantren kecil dengan beberapa santri, ia tak memiliki apa-apa. "Saya tak punya pohon karet satu pun. Lalu saya teringat nasihat Ustadz, kalau kita berjuang dalam keadaan berpunya itu hal biasa. Tapi kalau dalam keadaan tidak berpunya, lalu kita mampu menyambut panggilan berjuang, itu baru luar biasa," paparnya.
Kata-kata itu rupanya melekat dalam sanubarinya. Ia pun melakukan riyadhoh, yaitu serangkaian ibadah, baik wajib dan sunnah, termasuk sedekah yang dilaksanakan secara rutin sebagai sarana pertobatan dan usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sekaligus sebagai upaya mewujudkan hajat yang diinginkan. Dalam riyadhohnya ia mengamalkan apa yang diajarkan Ustadz Yusuf Mansur untuk menuliskan hajatnya serta melakukannya. "Saya dan istri tulis waktu itu, kami ingin pegang 150 juta ya Allah. Saya benar-benar tulis itu di kertas. Benar-benar itu terjadi kami dapat uang 150 juta dari bank tertentu. Lalu kami belikan kebun," ujarnya.
Berjalan tiga tahun, harga karet terjun bebas. "Kalau kami jual lahan karet itu tidak mencukupi, sementara jaminannya itu milik mertua. Dalam hati kami, kalau sampai pegawai bank datang, kami tidak ingin melukai hati orang tua," ujar Zainudin.
"Kalau bisikan kami sendiri itu kami ingin bunuh diri. Racun tikus itu sudah gak ada 10 cm dari mulut. Tapi kami lalu ingat tausyiyah UYM yang mengatakan, kalau kamu andalkan istri, maka istri tidak mampu lagi menolong kamu karena harta sudah tidak mencukupi. Lalu kami shalat kembali meminta petunjuk Yang Maka Kuasa, 'Ya Allah kami mohon ampun karena kami banyak dosa, tidak mampu membayar bank ini. Tapi tolong ya Allah bank jangan sampai menyita aset itu, dan tolong apa yang kami beli ini tidak kami jual'," kisahnya.
Alhamdulillah sampai 2017 kebun Zainudin tidak terjual dan selama dua tahun bank tidak datang. Namun suatu ketika, tepatnya hari Senin, ia membatin kenapa bank tidak datang. Padahal biasanya jika tagihan satu hari telat saja sudah dapat peringatan keras, bahkan tidak sedikit yang dilelang. Setelah ia membantin, hari Jumat bank pun datang. "Pak Zainudin, kami di sini tidak minta angsuran, kami hanya menjalankan tugas, Pak Zainudin tolong sampaikan kendalanya apa," kata petugas bank kepadanya.
Zainudin menjawab, "Pak sebenarnya kami ada uang 43 juta, tapi uang itu bukan uang kami tapi amanah untuk musala, makanya ada material di depan rumah." Lalu petugas bank menjawab, "Tidak apa, Pak, selesaikan dulu saja musalanya."
"Ini yang membuat kami semakin dekat dengan tausyiah UYM. Tadinya kalau bank mau menagih, rencananya mau saya kasihkan saja uang yang 43 juta. Tapi bank malah menyuruh kami menyelesaikan pembangunan musala," ujarnya bersyukur.
Sementara itu, musala yang dibangun Zainudin mengalami kekurangan biaya saat tinggal memasang keramik. Zainudin terbentur dana. Lalu ia teringat lagi tausyiah UYM, jangan adukan kepada manusia. "Lalu kami bersujud, minta ampun sama Allah sambil berdoa, 'Ya Allah, kami tidak ingin berkhianat. Tapi tolong bantu selesaikan ya Allah, menyelesaikan keramik ini, dari mana uangnya'," pintanya.
Ia berujar, tidak sampai seminggu, kawannya yang menjadi pegawai kecamatan menelpon. Ia diminta datang ke kantor kecamatan. "Saya disuruh ke gudang. Kata dia, 'Tolong lihat keramik di gudang itu, bawa, mau saya bersihkan'," katanya.
Dibawa pulanglah keramik-keramik tersebut. Ketika dipasang, ukurannya pas dengan kebutuhan keramik musalanya. "Alhamdulillah, pas ukurannya 36 meter sesuai ukuran musala. Sebelum bawa pulang keramik, teman saya bilang ingin berjodoh dengan seorang perempuan tapi orang tua keduanya tidak merestui. Ia minta dirahasiakan selama belum berjodoh. Demi Allah itu saya rahasiakan hingga setahun perjalanan. Setelah pernikahan terjadi. Saya tunjuk istrinya, saya bilang, 'Tahu gak mbak kalau suami Anda ini dulu sedekah keramik setahun lalu dan minta didoakan untuk berjodoh dengan mbak, saya juga diminta merahasiakan hal ini'," ujarnya.
Dari membangun satu musala, kemudian ada empat musala lagi dari Oman. "Kalau dari Oman itu ceritanya ada orang datang yang ingin jadi anggota dewan. Dia minta didoakan. Bahkan saya sampai diajak ke hotel di Palembang ikut silaturahmi kader salah satu partai Islam. Dia tanya sama saya, 'Apa mungkin saya jadi anggota dewan?' Saya jabat tangannya, saya bilang, 'Walaupun seluruh Batumarta tidak ada yang memilih, saya yakin kamu jadi. Tapi tolong jaga, saya tidak ingin uang. Saya hanya ingin Anda amanah'," kisah Zainudin yang menyebutkan kalau kemudian si penanya berhasil menjadi anggota dewan dan menjadi jembatan donatur asal Oman untuk membangunkan musala-musala bagi warga untuk memenuhi hajat Zainudin.
Kini, Zainudin sudah menyelesaikan segala urusannya dengan bank. Zainudin juga berhasil memenuhi hajatnya untuk membangun banyak musala, yang pada kenyataannya saat ini ia telah membangun lima musala. Ia bahkan memiliki tempat mengaji di rumahnya dengan puluhan santri kecil yang rajin menimba ilmu di sana. Berkah sedekah dan riyadhoh telah mengantarkan petani karet ini mewujudkan mimpi-mimpinya. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT jika manusia benar-benar berusaha dan meminta kepadaNya.[]