Cita-cita Anak Flores Untuk Kampung Halamannya

Kebulatan tekad untuk menjadi pendakwah al-Qur’an di kampung halaman pun menjadi motivasi utama ia kuliah.

Cita-cita Anak Flores Untuk Kampung Halamannya
NULL

Lahir dan besar di wilayah pesisir telah membentuknya menjadi pribadi yang kuat. Kebulatan tekad untuk menjadi pendakwah al-Qur’an di kampung halaman pun menjadi motivasi utama ia kuliah.

 

Laut di timur Indonesia tak hanya memberikan kenangan indah, namun juga menjadi saksi jerih payah kedua orang tua Zainul Malayang kala mencari penghidupan untuk keluarga. Setidaknya itulah yang dirasakan salah seorang penerima manfaat program Beasiswa Tahfizh Qur’an (BTQ) for Leaders ini. Anak nelayan Flores ini menceritakan bagaimana kedua orang tuanya melaut dan menggantungkan hidupnya dari laut.

“Almarhum Ayah saya seorang nelayan, dan Ibu sebagai ibu rumah tangga. Dulu Ayah kalau menangkap ikan berangkatnya jam satu atau jam tiga pagi. Pulangnya jam delapan pagi, dan itu hampir setiap hari. Ia tak pernah memedulikan ombaknya besar atau kecil, hujan atau angin, dia tetap berjuang karena punya tanggung jawab untuk memberikan kehidupan untuk anak-anaknya,” paparnya ketika disambangi tim SedekahOnline.com ke kampusnya di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung pada Senin (25/3/2019).

Namun semenjak ayahnya meninggal, Zainul menyebut kalau sang ibulah yang pergi melaut. “Ibu mulai ikut melaut menangkap ikan dengan cara memancing. Waktu saya pindah sekolah, Ibu terpaksa ikut melaut di sore hari, dan terkadang tidur di tengah laut. Ia tak pernah bilang capek, karena ia merasa punya tanggung jawab, yaitu untuk sekolah anaknya,” ujar mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam semester enam ini.

Mengingat jerih payah kedua orang tuanya, Zainul lalu bertekad untuk membalas jasa keduanya. Namun ia mengakui kalau dirinya juga memiliki cita-cita yang ingin dicapainya sejak kecil, yaitu menjadi seorang penghafal al-Qur’an. Lalu ia hijrah menuju Bandung. Kala ia di Bandung, ia mendengar mengenai beasiswa untuk para penghafal al-Qur’an yang ingin melanjutkan pendidikan di jenjang strata satu.

Zainul yang lulusan SMKN 1 Larantuka di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur ini memberanikan diri untuk mendaftar. Ia pun mulai giat menghafal al-Qur’an. “Saya yakin ketika ada tekad yang kuat, maka disitu ada jalan keluar untuk meraih ridho Allah SWT. Disitu saya mulai menghafal Qur’an dari juz 30 dengan terbata-bata sambil dibimbing oleh saudara saya,” katanya.

Kepercayaannya yang kuat akan pertolongan Allah SWT telah membuatnya berjodoh dengan program beasiswa ini. Ia bersyukur bisa mendapatkan beasiswa ini, karena ia mengaku memiliki banyak mimpi yang ingin dicapainya bilamana ia sukses menyelesaikan kuliah dan hafalan al-Qur’annya.

“Cita-cita saya pengin jadi penghafal Qur’an. Sejak kecil saya ingin sekali mondok di pesantren tahfizh Qur’an. Tapi saat itu orang tua saya tidak mengizinkan. Tapi ketika saya ikut program ini, Ibu mendukung saya dan sangat berbahagia. Saya berazzam, mudah-mudahan program ini dapat memenuhi segala hajat dan keinginan saya untuk orang tua saya. Mudah-mudahan bisa menjadi wasilah untuk saya memberikan mahkota penghargaan untuk orang tua saya, terutama Ayah saya yang sudah meninggal,” ujar Zainul.

Bagi Zainul, sosok ayahnya yang meninggal kala ia duduk di bangku kelas enam sekolah dasar sangat berkesan baginya. Ia bahkan menyatakan keinginannya bilamana ia bisa bertemu sang ayah di akhirat kelak. “Jika sekiranya saya bisa ketemu dengan ayah saya di akhirat kelak, maka saya akan mencium kakinya sambil mengucapkan terima kasih atas hidupnya, yang sudah menghabiskan waktunya untuk saya. I love you, Ayah,” katanya sambil terisak.

Tak hanya ingin membalas jasa kedua orang tua, Zainul juga memiliki cita-cita untuk mendirikan pesantren tahfizh Qur’an di kampung halamannya.

“Karena orang-orang di kampung saya sendiri sangat membutuhkan guru tahfizh Qur’an. Meskipun di sana ada guru, tapi guru-guru di sana tidak berlatar belakang pesantren. Kemudian bacaan Qur’an mereka juga masih banyak yang harus diperbaiki. Nah disitu saya berazzam, mudah-mudahan kalau saya lulus, saya bisa terjun ke kampung halaman saya untuk berdakwah menyebarkan agama,” ujarnya.

Mari terus dukung Zainul dan para penerima manfaat program BTQ for Leaders ini untuk mewujudkan mimpinya menjadi sarjana dan penghafal al-Qur’an melalui program Gersena Untuk Ciptakan 1000 Kader Sarjana. Semoga donasi yang dikeluarkan dapat menjadi pemberat timbangan kebaikan di akhirat kelak. Aamiin.[mnx]