Inspirasi Itu Bernama Sekhumi
Perempuan itu bernama Sekhumi (50). Ia adalah seorang pengemudi ojek online yang harus menjadi tulang punggung keluarga.
Perempuan itu bernama Sekhumi (50). Ia adalah seorang pengemudi ojek online yang harus menjadi tulang punggung keluarga. Suaminya tak bisa lagi mencari nafkah karena sakit parah. Sementara salah satu dari dua anaknya mengidap penyakit epilepsi.
Sekhumi dan keluarga mengontrak rumah di jantung ibukota, tepatnya di daerah Kramat, Senen, Jakarta Pusat. Kebutuhan hidup sehari-hari harus ia penuhi agar ia bisa bertahan di Jakarta. Mulai dari membayar sewa rumah, listrik, hingga makan keluarga sehari-hari. Hal inilah yang membuat Sekhumi meneguhkan hatinya untuk menyelami profesi sebagai pengemudi ojek.
"Pagi, setelah memasak nasi untuk anak, saya mulai berangkat ngojek. Dulu sebelum ada ojek online, saya masih di ojek pangkalan biasa. Tapi setelah ada ojek online, saya beralih ke sana," jelasnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Namun motor tuanya terpaksa ia relakan untuk dijual demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Meski demikian, ia tak patah arang. Ia menyewa motor agar tetap bisa ngojek.
"Saya tetap ngojek, tapi dengan motor sewaan. Sehari saya harus setor 25 ribu untuk biaya sewa motor. Pendapatan sebagai ojek tidak dapat diprediksi," tutur wanita asal Brebes tersebut.
Memiliki peran ganda tidak membuat Sekhumi lupa kepada Allah. Baginya, shalat lima waktu adalah kewajiban yang tak bisa ditawar lagi. Jika ia dalam perjalanan dan tiba waktu shalat, maka ia akan mencari rumah Allah untuk menunaikan kewajibannya.
Bukan hanya shalat lima waktu, Sekhumi juga memiliki semangat untuk menghafal al-Qur’an. Dua lembar pertama pada juz satu al-Qur’an beserta terjemahannya telah dihafalkan Sekhumi.
"Matsaluhum kamatsalilladzis tauqadanara," demikian Sekhumi mengutip kalimat pertama ayat 17 dalam surat al-Baqarah.
Ia melanjutkan, "Seperti di surat Al-Baqarah itu, manusia banyak yang mengaku beriman kepada Allah, padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman," kata Sekhumi dengan semangat.
Sekhumi mengaku, ia menghafal al-Qur'an agar ia semakin dekat kepada Allah. Ia merasakan ketentraman saat menghafal al-Qur'an. Ia juga berbagi kiat dalam menghafal al-Qur’an. Menurutnya, waktu yang biasa ia pilih untuk menghafal adalah tengah malam setelah melaksanakan sholat hajat dan taubat. Tidak muluk-muluk, sehari ia targetkan menghafal satu ayat. Hal tersebut karena ia hafalkan beserta terjemahannya.
Semangat menghafal Sekhumi sangat tinggi. Di usianya yang tak lagi muda ia tetap berusaha fokus untuk menghafal. Ketika sedang berada di atas motornya pun ia kerap mengulang-ulang hafalannya.
“Kalau di atas motor, saat sedang membawa penumpang, saya sering membaca ayat-ayat yang sudah dihafal,” ujar perempuan yang juga merupakan salah satu binaan PPPA Daarul Qur’an ini.
Sekhumi adalah inspirasi. Bahwa bagaimana pun kondisi yang dialami, Allah tetaplah hal utama yang harus didahulukan. Kegigihannya berjuang untuk keluarga dan semangatnya dalam menghafal al-Qur’an adalah pelajaran berharga bagi mereka yang diberikan kelapangan rizki dan nikmat waktu luang.(PPPA/mnx)