Kenapa Malu Berdo'a?

Dulu saya malu berdo’a saat mau naik transportasi umum, pesawat, bis, atau kereta. Rasanya gimana gitu kalo ngangkat tangan terus serius berdo’a minta

Kenapa Malu Berdo'a?
NULL

Dulu saya malu berdo’a saat mau naik transportasi umum, pesawat, bis, atau kereta. Rasanya gimanagitu kalo ngangkat tangan terus serius berdo’a minta keselamatan dan diliatin banyak orang. Apalagi lagi makan di restoran, makanan sudah disajikan. Terus kita tahan sebentar, kita angkat tangan berdoa. Akhirnya berdo’a hanya dibatin saja, dalam hati saja, sambil benerin kursi atau masang sabuk pengaman.

Kalo di restoran, doa juga nggak ngangkat tangan, akhirnya dibatin biar nggak diliatin orang. Sampe suatu saat saya makan bersebelahan dengan agama lain. Makanan sudah disajiin tapi nggak langsung disikat. Beliau angkat tangan, mata dipejamkan, serius berdo’a, nggak sebentar tapi cukup lama. Maka dalam hati saya, MasyaAllah mereka nggak malu berdo’a, mereka serius dan lama do’anya sebelum makan.

Sejak saat itu saya sadar, kenapa harus malu berdo’a, kita pemeluk agama Islam harusnya lebih dari itu. Bagaimana dengan sahabat-sahabat semua. Apakah masih juga malu berdo’a serius di ruang publik..?

Naik pesawat, kereta, bis, makan di restoran, angkat aja tangan, berdo’a aja yang serius. Kan kita butuh berdo’a, bahkan sudah ada doanya masing-masing, agama kita ngajarin. Tapi kita yang nggak pake..

Bahkan etnis China, mereka nggak malu saat buka toko, terus berdo’a di depan tokonya dengan bawa semacam dupa. Niat mereka berdo’a, memohon keberkahan, apapun itu. Kita nih.. Kita.. Doa nggak..?

Mulai kerja, buka toko, ngidupin mesin, masuk ruangan, memulai rapat, makan, minum, naik kendaraan. Apalagi saat kita Qimayul Lail, bersendirian hanya dengan Allah. Berdoalah yang serius, jangan malu. Berdoa, baca sholawat, Al Waqiah, sholat dhuha, dzikir dan lain-lain di setiap pagi. Serius minta kepada Allah.

Yuk, sama-sama kita belajar untuk bisa berdo’a yang serius kepada Allah, baik di kala rame atau bersendiri.

 

Oleh : Muhammad Anwar Sani, Direktur Utama PPPA Daarul Qur’an