Khodijah: Saya Harus Kuat Demi Anak

“Saya anaknya tiga, kerja jadi pembantu di Jakarta. Tapi saya harus kuat demi anak-anak."

Khodijah: Saya Harus Kuat Demi Anak
NULL

Perempuan itu bernama Siti Khodijah. Ia adalah seorang asisten rumah tangga. Namun ia tak sembarang asisten rumah tangga, karena perempuan asli Lombok Timur itu lebih sering menjadi asisten para ekspatriat asal dunia Arab. Sebab ia pernah menjadi tenaga kerja di sana sejak 1991 hingga 2015, dan menguasai bahasa ibunya.

Perempuan yang lahir pada 1971 dengan nama Siti Rahmah ini menikah dengan seorang lelaki asal Yaman, dan memiliki tiga orang anak. Suaminya telah meninggal dunia pada 2006 silam. 

“Saya anaknya tiga, kerja jadi pembantu di Jakarta. Tapi saya harus kuat demi anak-anak. Sudah sejak 2006 suami saya meninggal. Tapi sampai sekarang saya belum kawin lagi, karena demi anak-anak,” kata Khodijah saat ditemui di depan ruangan layanan mustahik PPPA Daarul Qur’an.

Ahmad (27), anak pertama Khodijah mengalami keterbelakangan mental. Sehingga dipulangkan Khodijah ke Lombok untuk tinggal dan dirawat oleh sanak keluarganya. Sementara anak kedua, Fawwaz (25), dan anak ketiganya, Siti Nurazizah (23), saat ini tengah mengenyam bangku kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Udayana (Unud). Biaya kuliah kedua orang anaknya ia tanggung sendiri dengan menjalani profesi menjadi seorang asisten rumah tangga.

Meski pendapatannya tak pasti, Khodijah tak patah semangat. Ia mengaku akan berjuang sekuat tenaga demi anak-anaknya. 

“Lelah sih, lelah ya, pekerjaan rumah tangga kan memang lelah. Tapi saya enggak pernah menyerah. Harus itu. Kalau memang anak-anak sudah selesai, di situ baru waktunya saya istirahat,” kata Khodijah.

Meski jarak terbentang antara dirinya dan anak-anaknya, Khodijah tetap mengontrol anak-anaknya melalui sambungan telepon. 

“Setiap hari saya telepon, selalu berpesan untuk hati-hati dengan pergaulan. Saya selalu bilang, kalau mau sukses, jangan pernah lelah belajar dan berdoa sama Allah. Alhamdulillah, anak-anak nurut. Alhamdulillah, saya bangga sama anak-anak,” ujarnya sambil menitikkan air mata.

Menurut penanggung jawab program Layanan Mustahik PPPA Daarul Qur'an Rojali, Khodijah adalah sosok inspiratif yang layak dibantu. Kisah perjuangannya dalam menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi seorang diri patut dijadikan pelajaran.

“Dia berjuang fisabilillah untuk menyekolahkan anak-anaknya,” ujarnya.

Mari terus bantu Khodijah dan penerima manfaat lainnya dengan ikut berpartisipasi menebar manfaat bagi sesama melalui program Senyum Mustahik. Pada bulan Ramadan ini, sedekah yang Anda keluarkan insya Allah mendapat ganjaran berlipat ganda dari Allah SWT. Maka, jangan sia-siakan kesempatan untuk menimbun pahala kebaikan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan keberkahan dan kebaikan bagi Anda semua. Aamiin.[mnx]