Hafizhah Ini Ingin Jadi Penerjemah

Meski sudah menyelesaikan hafalan al-Qur’annya hingga 30 juz, Nabilah tetap memiliki cita-cita lain yang ingin diwujudkannya.

Hafizhah Ini Ingin Jadi Penerjemah
NULL

Meski sudah menyelesaikan hafalan al-Qur’annya hingga 30 juz, Nabilah tetap memiliki cita-cita lain yang ingin diwujudkannya. Bungsu dari 11 bersaudara ini ingin menjadi penerjemah.

Hal inilah yang membuat lulusan pesantren tahfizh ini melanjutkan kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. 

“Saya ingin jadi penerjemah, karena dulu waktu di pesantren banyak kitab-kitab yang dipakai itu sumbernya bahasa Arab. Cuma ketika saya baca terjemahannya itu kebanyakan saya malah lebih enggak paham dan bingung. Karena itu saya terinspirasi jadi penerjemah,” katanya ketika ditemui tim SedekahOnline.com di kampusnya pada Senin (25/3/2019).

Selain menuturkan cita-citanya, Nabilah juga menceritakan kegiatannya sehari-hari. Menurutnya, selain kuliah, ia juga mengikuti beberapa kegiatan organisasi dan mengajar di panti sosial yang berlokasi di Jalan Padjajaran. Ia mengajar anak-anak tunanetra untuk menghafal al-Qur’an. 

Ia mengaku merasa tersentil saat mengajar al-Qur’an kepada para tunanetra. “Saya merasa tersentil, karena mereka saja yang memiliki kekurangan tidak bisa melihat tapi masih punya semangat yang kuat untuk menghafal al-Qur’an, meskipun itu masih metode talkin,” ujar hafizhah yang tinggal me-mutqin-kan hafalannya ini.

Oleh karenanya, ia mengaku jadi lebih termotivasi untuk senantiasa mengulang hafalannya agar tetap terjaga. Ia pun membagi kiat agar hafalannya tetap terjaga. 

“Biasanya pagi murojaah, kalau ke kampus pas lagi menunggu dosen itu biasanya kan lama. Daripada ngobrol-ngobrol enggak jelas, mending mojok saja mengaji murojaah hafalan. Kalau untuk tambah hafalan yang belum kepegang itu biasanya setelah maghrib, nanti dimurojaah lagi habis subuh,” ujar mahasiswa angkatan 2016 ini.

Kedekatannya dengan al-Qur’an inilah yang membuat Nabilah mendaftarkan diri untuk mengikuti program Beasiswa Tahfizh Qur’an (BTQ) for Leaders untuk angkatan pertama. Ia mengaku mendapatkan informasi mengenai beasiswa ini dari asatidz-nya kala masih di bangku pesantren.

Menurutnya, ia merasa terbantu dengan adanya program beasiswa ini. Selain ia jadi bisa semakin dekat dengan mimpinya untuk menjadi penerjemah buku-buku bahasa Arab, ia juga mendapatkan mentor untuk menjaga hafalannya. 

“Saya jadi punya mentor untuk setor hafalan. Jadi hafalan saya masih bisa tetap terjaga. Kemudian saya banyak dilatih untuk menjadi seorang pemimpin, tampil di depan umum,” ujarnya.

Oleh karenanya, ia juga mengaku siap bilamana setelah lulus kuliah ia harus mengabdi untuk ditempatkan di wilayah pelosok guna berdakwah al-Qur’an.

“Insya Allah siap. Untuk persiapannya saya mulai berlatih dengan kegiatan-kegiatan sosial yang saya lakukan selama saya kuliah,” katanya.

Mari terus dukung Nabilah dan para penerima manfaat program BTQ for Leaders ini untuk mewujudkan mimpinya menjadi sarjana dan penghafal al-Qur’an melalui program Gersena Untuk Ciptakan 1000 Kader Sarjana. Semoga donasi yang dikeluarkan dapat menjadi pemberat timbangan kebaikan di akhirat kelak. Aamiin.[mnx]