Riska Amelia: Semua Berawal dari Niat
Menjadi seorang penghafal al-Qur’an, aktivis dakwah, sekaligus menjadi mahasiswa sebuah kampus negeri ternama di Jakarta bukanlah hal yang mudah.
Menjadi seorang penghafal al-Qur’an, aktivis dakwah, sekaligus menjadi mahasiswa sebuah kampus negeri ternama di Jakarta bukanlah hal yang mudah. Namun hal ini nyata dilakoni oleh Riska setiap hari.
Riska Amelia adalah seorang mahasiswi program studi (prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta angkatan 2017. Riska merupakan salah satu mahasiswi penerima manfaat program Beasiswa Tahfizh Qur’an (BTQ) for Leaders PPPA Daarul Qur’an angkatan kedua. Tim SedekahOnline menemui Riska di kampusnya pada Jumat (15/3/2019).
Kepada tim SedekahOnline, Riska menceritakan suka dukanya menjadi mahasiswa BTQ for Leaders selama dua tahun belakangan ini. Bagi Riska yang tak memiliki latar belakang pesantren namun memiliki niat kuat untuk menjadi penghafal Qur’an, mengikuti program beasiswa ini memberikan banyak pengalaman baru baginya.
“Ternyata, menghafal Qur’an sambil kuliah itu enggak semudah yang saya pikirkan dulu,” kata sulung dari tiga bersaudara ini sambil tersipu.
Ia lalu membeberkan aktivitasnya yang padat di kampus. Mulai dari menjadi Kepala Departemen Qur’an Center di lembaga dakwah prodi, menjadi staf kurikulum di sebuah rumah belajar, dan menjadi Koordinator PSDA relawan disabilitas di UNJ. Ditambah lagi tugas kuliah yang menurutnya tak ada habisnya, dan kewajiban menghafal al-Qur’an dengan beberapa target sebagai syarat penerima beasiswa. Kesemuanya telah menyita waktu dan tenaga, namun Riska mengaku tetap semangat untuk menghafal.
“Sebenarnya itu balik lagi di niat awal kita menghafal. Niat dulu yang pertama. Kalau saya sendiri, insya Allah niatnya karena Allah, dan karena orang tua,” ujarnya.
Riska meniatkan menghafal untuk kedua orang tuanya, karena menurut Riska, jasa kedua orang tuanya tak mampu ia balas dengan harta dunia. “Karena kita tahu, jasa orang tua enggak bisa terbalaskan. Dari situ saya berpikir, saya sebagai anak bisa kasih apa untuk orang tua? Makanya saya pengin banget kasih hadiah ke orang tua saya. Kalau saya enggak bisa kasih di dunia, maka saya pengin banget kasih mahkota kemuliaan ke kedua orang tua saya. Makanya dari situ saya kuliah sambil menghafal al-Qur’an,” tutur perempuan yang memiliki cita-cita menjadi seorang guru dan penghafal Qur’an ini.
Kedua orang tua Riska bukanlah orang berada. Ia mengakui kalau kedua orang tuanya hanya lulusan sekolah dasar. Ayahnya berprofesi menjadi penjahit keliling, sementara ibunya hanyalah ibu rumah tangga yang kadangkala berjualan gorengan di tempat mengaji anak-anak. Sehingga, bilamana ia merasakan imannya menurun saat menghafal al-Qur’an, maka ia akan kembali mengingat niat awal dirinya berada di posisi saat ini, dan teringat kedua orang tuanya.
“Misalnya lagi futur, saya langsung ingat lagi, saya ada di sini dan menghafal untuk siapa? Tapi niat pertama tetap karena Allah; dan kedua, karena pengin kasih yang terbaik buat orang tua,” ujar perempuan yang bercita-cita ingin punya rumah tahfizh ini.
Mari terus dukung Riska dan para penerima manfaat program BTQ for Leaders ini untuk mewujudkan mimpinya menjadi sarjana dan penghafal al-Qur’an melalui program Gersena Untuk Ciptakan 1000 Kader Sarjana. Semoga donasi yang dikeluarkan dapat menjadi pemberat timbangan kebaikan di akhirat kelak. Aamiin.[mnx]